5 Mitos dan Fakta Pertolongan Pertama, Benarkah Orang yang Serangan Jantung Harus Dibaringkan?

Ada banyak situasi, Ke mana Anda harus Memberi pertolongan pertama Ke orang lain. Foto/ shutterstock

JAKARTA – Ada banyak situasi potensial, Ke mana Anda Bisa Jadi harus Memberi pertolongan pertama kepada orang lain. Sambil, kita butuh pengetahuan dasar tentang apa yang harus dilakukan Di situasi darurat.

Sayangnya, ada banyak mitos tentang pertolongan pertama Bagi mereka yang sakit atau terluka. Paling banter, mitos-mitos ini bisa menyakitkan, tetapi Ke sisi lain, beberapa Bisa Jadi menjadi pembeda Antara menyelamatkan dan kehilangan nyawa. Karena Itu, Anda perlu mengetahuinya.

1. Automated External Defibrillators (AED)
Mitos: AED rumit Bagi digunakan.
AED adalah Gadget elektronik kecil dan portabel yang Bisa Jadi terlihat rumit, tetapi sebenarnya mudah digunakan.

AED dapat mendiagnosis Keadaan Jantung yang mengancam jiwa dan mengobatinya Di sengatan listrik Di defibrilasi, yang membantu mengembalikan irama jantung.

Jika orang yang dirawat tidak memerlukan sengatan listrik, defibrilator tidak Berencana melakukannya. Artinya, tidak Bisa Jadi Bagi melukai seseorang jika mereka tidak membutuhkannya. Tetapi, jika mereka membutuhkannya, Anda Memperbaiki Kemungkinan mereka Bagi bertahan hidup secara signifikan.

2. Pingsan
Mitos: Jika seseorang merasa ingin pingsan, mereka harus meletakkan kepala mereka Ke Antara lutut.

Ada risiko orang yang merasa pingsan bisa jatuh dan melukai diri mereka sendiri Di prosesnya.

Seseorang yang Berencana pingsan biasanya Berencana merasa mual, pusing, pucat dan berkeringat. Sebaiknya mereka berbaring sepenuhnya.

3. Serangan jantung
Mitos: Jika seseorang Merasakan serangan jantung, Anda harus membaringkannya.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: 5 Mitos dan Fakta Pertolongan Pertama, Benarkah Orang yang Serangan Jantung Harus Dibaringkan?