Jakarta –
Pola Makan intermittent fasting (IF) kini dijalani banyak orang. Tak semua hal perlu dipercaya, termasuk mitos soal Pola Makan IF yang sudah dibantah Bersama ahli gizi. Berikut daftarnya.
Intermittent fasting merupakan salah satu metode Pola Makan yang kian populer belakangan ini. Banyak orang memilihnya Sebab Di sisi ‘aturan’, Pola Makan ini dinilai lebih fleksibel.
Pola Pola Makan ini tidak membatasi ketat jenis asupan Minuman, tetapi waktu Sebagai mengonsumsinya. Pelaku Pola Makan Akansegera menjalani puasa Di rentang waktu tertentu dan diperbolehkan makan Di jam-jam tertentu yang disebut sebagai jendela makan.
Banyak anggapan lantas bermunculan soal Pola Makan IF, termasuk efek negatif yang disebut-sebut bisa terjadi. Akan Tetapi, ahli gizi meluruskan Bersama Menginformasikan faktanya.
Mengutip Healthline (16/7/2024), berikut mitos Pola Makan intermittent fasting yang sudah dibantah kebenarannya Bersama ahli gizi:
1. Pola Makan IF memengaruhi hormon seks
Kabar bahwa Pola Makan IF memengaruhi hormon seks tidaklah benar. Eksperimen tahun 2024 Pada 90 orang dewasa yang alami obesitas Menunjukkan kalau hormon seks mereka tidak memburuk usai jalani Pola Makan IF.
Justru efeknya Sebagai Gantinya Di penderita sindrom ovarium polikistik (PCOS). Mereka yang jalani Pola Makan IF Menyaksikan penurunan testosteron yang Di akhirnya memperbaiki Situasi PCOS.
“Temuan awal tentang penerapan Pola Makan IF sebagai strategi Untuk wanita Bersama PCOS Sebagai mengatur hiperandrogenisme cukup menjanjikan,” kata ahli gizi Allie Echeverria. Ia menjelaskan androgen sebenarnya memang hormon seks pria, tapi wanita secara alami juga memilikinya. “Akan Tetapi wanita Bersama hiperandrogenisme Memiliki kadar yang berlebihan,” ujarnya.
2. Pola Makan IF memengaruhi Mutu pola makan
Beberapa orang menganggap Pola Makan IF bisa membuat Mutu pola makan seseorang memburuk. Akan Tetapi, faktanya tidak seperti itu. Sebuah Eksperimen tahun ini mencatat indikator Mutu Pola Makan pelaku Pola Makan IF tidak berubah Di mereka yang mengikuti jendela makan yang lebih pendek (4 hingga 6 jam) dan yang lebih panjang (8 hingga 10 jam).
Mereka masih mengonsumsi berbagai sumber Minuman Bergizi seperti serat, protein, kafein, gula, karbohidrat, lemak, dan banyak lainnya. Ahli gizi Destini Moody mengatakan, “Jika orang tersebut Memiliki pola makan yang buruk Sebelumnya, maka Pola Makan IF tidak Bisa Jadi memperburuk pola makan mereka. Pola makan ini hanya mengubah periode waktu Di mereka mengonsumsi Minuman yang miskin Minuman Bergizi,” katanya.
Lalu Sebagai mereka yang sudah punya pola makan bergizi, maka Pola Makan IF tidak membuat pola makan mereka buruk. Hanya saja peneliti menekankan, mereka yang jalani Pola Makan IF Bersama pola makan buruk, maka hasilnya tidak Akansegera maksimal.
3. Pola Makan IF picu gangguan makan
Jangan salah mengartikan, membatasi jam makan Di Pola Makan IF tidak berarti memicu gangguan makan. Hal ini sudah dibuktikan Di Eksperimen tahun 2019 yang mengikuti 86 orang Pada 4 minggu.
Peneliti bilang orang dewasa sehat yang Pola Makan IF cenderung melaporkan lebih sedikit keinginan makan, perilaku makan berlebihan, masalah berat badan, dan kecemasan tentang penampilan. Artinya Pola Makan ini tidak menyebabkan gangguan makan, menurut ahli gizi Emily Van Eck.
Menyoal gangguan makan, Van Eck bilang banyak orang yang Menyaksikan gangguan makan mampu bertahan Bersama beberapa pola makan Di jangka pendek, Sebelumnya gangguan makan mereka berkembang.
Mitos soal Pola Makan IF yang tak perlu dipercaya lagi ada Di halaman Lanjutnya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: 5 Mitos Pola Makan Intermittent Fasting Ini Sudah Dibantah Ahli Gizi