Klaten –
Di Klaten, Jawa Ditengah berdiri sebuah masjid kuno yang tetap bertahan meski digoncang gempa besar. Mari simak kisah Didalam Masjid Kajoran.
Masjid Agung Kahuman merupakan salah satu masjid kuno yang dimiliki Kabupaten Klaten. Masjid yang juga dikenal Didalam sebutan Masjid Agung Kajoran itu pernah dilanda gempa besar dan tetap kokoh berdiri.
Kendati usianya disebut sudah berabad-abad, masjid Di Dusun Kahuman, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes itu masih tetap difungsikan semestinya. Bangunan yang berada Di tepi jalan kampung halamannya bisa menampung puluhan Kendaraan Pribadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi selatan halaman masjid terdapat papan peringatan sebagai lokasi cagar Kekayaan Budaya Dunia yang dipasang Balai Pelestarian Cagar Kekayaan Budaya Dunia (BPCB, sekarang BPK). Didalam kejauhan juga terlihat sebuah bedug kuno.
Di halaman masjid masih menyisakan kolam berbentuk U Didalam tatanan batu bata kuno. Bangunan asli masjid hanya berukuran Di 10×10 meter, ada juga serambi, Setelahnya Itu pawestren Sebagai jamaah wanita dan teras Di.
|
Masjid Agung Kahuman Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Foto: Achmad Husain Syauqi/detikJateng
|
Masjid ini ditopang empat tiang utama dan 12 tiang penguatnya berbentuk silinder berbahan kayu jati. Sambungan tiang maupun konstruksi atap tajugnya tidak menggunakan Spike besi tetapi Spike kayu atau sunduk kili.
Reng maupun usuk Di atap seluruhnya berbahan kayu. Mustoko masjid Di puncak atap berbentuk tajug masih terbuat Didalam tembikar Didalam motif sulur.
Ada lima pintu dan jendela Di bangunan utama masjid. Mihrab Sebagai imam hanya Memiliki lebar Di 70- 80 centimeter Didalam tinggi Di 2 meter.
Di Didekat mihrab terdapat mimbar kuno berbahan kayu jati Didalam tinggi Di 2,2 meter, panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. Dinding bawah mimbar berukir motif satwa gajah dan tumbuhan.
“Yang ini (bangunan utama) masih asli semua, termasuk tiang, mihrab, mimbar, mustaka dan lainnya. Yang pernah direhab plester cuma tembok dan lantai Sebab sudah rapuh,” ungkap Utomo, marbot masjid, Sabtu (29/11/2025) siang.
Utomo menuturkan, Masjid Agung Kahuman konon didirikan tạhun 1500-1600-an Dari Panembahan Agung, seorang ulama yang Memiliki nama asli Maulana Mas. Panembahan Agung dimakamkan Di Dibelakang masjid.
“Ya makamnya Di Dibelakang masjid itu, ada makam Panembahan Agung dan anak-anaknya. Kalau Rumah tinggalnya dimana tidak ada yang tahu, yang tersisa cuma masjid dan malamnya,” tutur Utomo.
Menurut Utomo, secara bentuk, masjid Agung Kahuman sama persis Didalam Masjid Golo Di Didekat makam Sunan Pandanaran Di Bayat. Masjid sampai Di ini masih digunakan Sebagai salat.
“Masih digunakan Sebagai salat, juga salat jumatan. Mimbar juga masih dipakai Sebagai khutbah, cuma dulu masih bawa tongkat yang khutbah, sekarang tidak,” papar Utomo.
Masjid Agung Kahuman Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Foto: Achmad Husain Syauqi/detikJateng |
Kendati bangunan tua, sebut Utomo, masjid agung Kahuman masih kokoh, tidak kalah Didalam masjid modern yang bertulang besi. Justru Di gempa besar tahun 2006 lalu, masjid itu tetap berdiri, padahal sejumlah Rumah warga roboh.
“Kena gempa 2006 cuma goyang. Padahal Rumah warga Di sini banyak yang roboh, masjid ini malah Di Sebagai mengungsi Di dua Minggu,” lanjut Utomo.
“Yang retak cuma keramik Di teras. Tembok masjid tidak apa-apa,” imbuhnya.
Didalam catatan detikcom, gempa tersebut terjadi 27 Mei 2006 yang berpusat Di DIY Didalam kekuatan 6,3 magnitudo. Gempa tersebut berdampak parah Di Kota Jogja, Kabupaten Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Klaten.
Analis Cagar Kekayaan Budaya Dunia dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Latihan dan Perjalanan Ke Luarnegeri Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tanjung Mengungkapkan masjid tersebut sudah ditetapkan sebagai cagar Kekayaan Budaya Dunia. Tapi tahun pembangunan belum dipastikan.
“Sebagai tahun pembangunannya belum diketahui secara pasti. Menurut beberapa sumber didirikan Dari Panembahan Agung,” jelas Wiyan Ari.
Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi menjelaskan Didalam bentuknya jelas masjid Agung Kahuman merupakan masjid kuno. Didalam tipologinya mengacu Di arsitektur masjid Demak.
“Tipologi masjidnya sejaman Didalam masjid tua Di Bayat dan masjid Demak. Didalam bentuk atap tajuk disangga sokoguru jati utuh tanpa sambungan, Di Di Itu terdapat mimbar kuno Didalam kayu jati diukir sulur dan motif fauna, terdapat kolam pasucen Di Didepan masjid adalah tipikal masjid kuno,” terang Hari.
“Masjid itu Mungkin Saja dibangun Dari Panembahan Agung. Apalagi Didalam mustoko masjid yang masih menggunakan terakota model itu Menunjukkan masjid kuno,” imbuhnya.
——–
Artikel ini telah naik Di detikJateng.
(wsw/wsw)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Kisah Masjid Kajoran yang Tetap Bertahan Meski Digoyang Gempa Besar












