Jakarta –
Pemerintah Australia Mengeluarkan travel warning Bagi warganya yang berencana bepergian Hingga Nepal. Peringatan itu dirilis Sesudah eskalasi Protes yang Lebihterus memanas dan diwarnai Kekejaman Ke Nepal.
Lewat situs resmi Smartraveller, Pemerintah Australia meminta warganya Bagi Mengkaji kembali Ide perjalanan Hingga Nepal Sebab situasi yang dinilai dapat memburuk sewaktu-waktu tanpa peringatan.
“Pihak berwenang Nepal telah memberlakukan jam malam Ke Lembah Kathmandu dan kota-kota besar lainnya. Tetaplah berada Ke tempat yang aman, patuhi jam malam dan ikuti instruksi Di otoritas setempat,” tulis imbauan tersebut dikutip Di SBS News, Kamis (11/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan tersebut dikeluarkan Sesudah gelombang Penolakan besar terjadi Ke berbagai Daerah Nepal, dipicu Di Keputusan pemerintah yang melarang akses Hingga media sosial. Protes unjuk rasa yang dikenal sebagai gerakan Gen Z itu berubah menjadi kerusuhan besar Sesudah Perdana Pembantu Presiden Pembantu Presiden veteran Nepal Berkata pengunduran dirinya Ke Selasa (9/9).
Untuk Protes yang berlangsung sehari Sebelumnya Itu, sedikitnya kini 22 orang dilaporkan tewas, termasuk Rajyalaxmi Chitrakar, istri mantan Perdana Pembantu Presiden Pembantu Presiden Jhalanath Khanal.
Dia tewas Pada sekelompok massa membakar kediamannya, menjadikan insiden tersebut salah satu tindakan keras paling mematikan Untuk beberapa tahun terakhir Ke Nepal, dan memicu gelombang kemarahan Ke Ditengah Komunitas.
Ke Kathmandu, massa memenuhi jalanan, sebagian merayakan pengunduran diri perdana Pembantu Presiden Pembantu Presiden, Tetapi sebagian lainnya melakukan Protes Kekejaman Di membakar gedung Dewan dan mengacungkan senjata otomatis. Kekacauan itu mengejutkan banyak pihak, termasuk militer Nepal yang Lalu Mengeluarkan peringatan.
“Kami mengimbau agar Komunitas tidak terlibat Untuk kegiatan yang dapat menyeret Negeri Hingga Untuk kekacauan dan ketidakstabilan,” pernyataan Di militer.
Protes Penolakan bermula Ke Senin (8/9), Di Keinginan pencabutan larangan media sosial dan pemberantasan Kejahatan Keuangan. Amnesty International melaporkan bahwa aparat Perlindungan merespons Protes tersebut Di Kekejaman, termasuk penggunaan peluru tajam Di massa.
Larangan akses media sosial dimulai Sebelum Jumat (5/9), ketika pemerintah memblokir 26 platform yang tidak terdaftar, termasuk Facebook, YouTube, dan X. Tetapi, TikTok tetap dapat diakses dan justru menjadi medium utama penyebaran video-video viral yang menyoroti ketimpangan sosial Ke Nepal, memperlihatkan kontras Di kehidupan rakyat biasa dan Cara Hidup mewah anak-anak politisi.
Meski Ke Selasa Pemerintah Nepal akhirnya mencabut larangan tersebut dan memulihkan akses Hingga Media Online, Penolakan tetap meluas Hingga berbagai kota Ke luar Kathmandu. Situasi Ke Nepal pun masih belum Menunjukkan tanda-tanda mereda.
(upd/fem)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Australia Imbau Warganya Tunda Perjalanan Hingga Nepal, Situasi Masih Panas