Asosiasi Buruh menyebutkan sejumlah perusahaan tekstil yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (Pengurangan Tenaga Kerja) massal Sebelum akhir tahun 2023 lalu, masih belum menuntaskan pembayaran pesangon karyawan. Foto/Dok
Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), David Leonardi menjelaskan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Di ini Ditengah Merasakan penurunan pembelian Produk dikarenakan gempuran produk Produk Impor Busana Dari Sebab Itu asal China, selepas Tenteram Produk Impor berdasarkan Permendag Nomor 8 Tahun 20024.
Akibat harga yang tidak bersaing, lanjut David, keuangan perusahaan-perusahaan tekstil Merasakan kemacetan Supaya tidak mengimbangi pengeluaran fix cost per bulannya. “Industri TPT kan Memiliki fix cost setiap bulannya berupa upah, listrik, energi dan lainnya. Jika industri TPT tidak Memiliki order, otomatis perusahaan tidak Akansegera dapat pemasukan dana,” jelas David kepada MPI Di dihubungi, Selasa (18/6/2024).
David melanjutkan ketiadaan dana pemasukan kepada perusahaan, mengakibatkan efisiensi Justru penutupan pabrik tak terelakkan. Situasi tersebut pun berujung Ke Pengurangan Tenaga Kerja massal yang dibarengi Bersama ketidakmampuan perusahaan tekstil membayar pesangon karyawannya.
“Supaya, perusahaan perusahaan yang cash flownya sudah tidak kuat, otomatis mereka tidak Akansegera sanggup Bagi membayar pesangon karyawannya,” ujarnya.
Bersama Detail, David menuturkan gempuran produk Produk Impor yang menguasai pasar tekstil lokal Indonesia, disokong Bersama kurang kuatnya regulasi pemerintah Di melindungi pasar tekstil domestik.
“Situasi pasar Di ini kurang dilindungi regulasi yang menyebabkan banyak produk Bersama harga lebih murah dapat masuk Ke Indonesia,” katanya.
David mengungkapkan berdasarkan data Produk Impor Ke sektor TPT, tercatat produk yang paling banyak diimpor adalah sektor produk kain, serat dan yang terbesar adalah sektor Busana Dari Sebab Itu yang tidak tercatat.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Hak Pesangon Karyawan Korban Pengurangan Tenaga Kerja Masih Belum Jelas, Pengusaha Tekstil Buka Suara











