Harryanto Aryodiguno, Ph.D Dosen Politik Luar Negeri President University. Foto/SINDOnews
Dosen Politik Luar Negeri President University
MENGUTIP Financial Times Di 15 Juni 2024 tentang China Untuk menyelesaikan urusan Taiwan, Xi Jinping Di April 2023 mengatakan kepada Ri Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahwa Amerika Serikat Untuk mencoba Sebagai memancing China agar menginvasi Taiwan, tetapi dia tidak Berencana terjebak.
Terlepas Bersama kebenaran atau tidaknya informasi ini, menurut penulis bahwa Untuk Xi Jinping, penyatuan Taiwan Bersama kekuatan militer bukanlah masalah yang mendesak dan penting. Jika Xi Jinping Memiliki urgensi yang sama Bersama Putin Di situasi Di Ukraina, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sudah lama beraksi.
Trend Populer ini Menunjukkan beberapa fakta: pertama, Xi Jinping sangat memahami arti Bersama “Pertempuran adalah bencana besar dan berbahaya.” Kedua, persaingan Di Bangsa-Bangsa besar bukanlah tentang kepentingan jangka pendek, tetapi tentang stabilitas dan kemakmuran jangka panjang. Ketiga, Sebelumnya kekuatan militer PLA secara signifikan melampaui militer AS, tidak Berencana mudah Untuk China Sebagai Memutuskan tindakan militer Di Taiwan.
Pepatah “Bing Xiong Zhan Wei” (Pertempuran adalah bencana besar dan berbahaya) berasal Bersama Dinasti Han, Bersama pepatah ini kita bisa mengetahui bahwa “Pertempuran adalah alat yang berbahaya dan hal yang berisiko. Demikian juga, Pertempuran bisa mengubah masalah yang besar menjadi kecil, maupun mengubah yang kuat menjadi lemah, dan semua itu hanya Untuk sekejap.” Ini Menunjukkan bahwa Pertempuran sangat berbahaya dan menakutkan.
Istilah “zai fu yang zhi jian” menekankan bahwa Untuk waktu yang sangat singkat, sesuatu dapat Merasakan perubahan besar. Jika ingin menekankan perubahan yang terjadi Untuk masalah penyatuan Taiwan Bersama kekuatan militer, itu berarti Untuk “sekejap mata.” Sekarang jika kita melihat kembali ungkapan “yi da wei xiao、yi jiang wei ruo”, artinya Bersama besar menjadi kecil, Bersama kuat menjadi lemah, hanya Untuk “sekejap mata.”
Apakah besar atau kecil, kuat atau lemah, semuanya bisa berubah Untuk sekejap. Mengangkat kepala tentu merupakan tanda semangat dan keberanian, menundukkan kepala membutuhkan kekuatan Untuk dan strategi. Sebagai mengubah keadaan Untuk sekejap, Pertama diperlukan “kekuatan ketenangan” yang luar biasa, yaitu mempertahankan keadaan “stabil” tanpa terganggu.
Misalnya, Untuk Pemberontakan Tujuh Raja Di Dinasti Han, komandan Han, Zhou Yafu, Untuk Tanding Changyi, pasukan gabungan Wu dan Chu beberapa kali menantang dan ingin memprovokasi Zhou Yafu Sebagai berperang, tetapi Zhou Yafu tetap tidak bergerak. Ketika pasukan gabungan Wu dan Chu mundur, Zhou Yafu segera menyerang dan menghancurkan 300.000 pasukan Wu dan Chu. Inilah yang disebut “kekuatan ketenangan strategis” Zhou Yafu.
Banyak cerita serupa Untuk sejarah. Jika membaca lebih banyak sejarah China, kita Berencana memahami mengapa Xi Jinping mengatakan kepada Ursula von der Leyen: “Amerika Serikat mencoba memancing China Sebagai menginvasi Taiwan, tetapi dia tidak Berencana terjebak,” sebagai bentuk kekuatan ketenangan strategis.
Kekuatan ketenangan strategis adalah Prototipe khas China, salah satu manifestasinya adalah kehati-hatian Untuk Pertempuran. Untuk “Da Xue”: “Mengetahui kapan harus berhenti Lalu Memiliki ketenangan, ketenangan Lalu mampu Tenteram, ketenangan Lalu bisa stabil, stabil Lalu bisa berpikir, berpikir Lalu bisa memperoleh.” Pemimpin yang Memiliki ketenangan mampu Berjuang Bersama perubahan tanpa panik, dan Berjuang Bersama bahaya tanpa takut.
Perbedaan Di China dan Amerika Serikat adalah Sebab pemikiran tradisional China menekankan kehati-hatian Untuk Pertempuran, bukan menggunakan kekuatan militer sebagai alat Politik Luar Negeri. Laozi menganjurkan kehati-hatian Untuk Pertempuran (Bab 29): “Alam semesta adalah benda yang sakral, bukan sesuatu yang bisa dimanipulasi. Mereka yang mencoba Berencana gagal, mereka yang berpegang teguh Berencana kalah.” Ini memperingatkan bahwa Pertempuran tidak boleh dilakukan sembarangan, mereka yang melakukannya Berencana gagal. Prototipe Laozi tentang tidak berkompetisi, kehati-hatian Untuk Pertempuran, dan tidak berperang, mencerminkan kebijaksanaan khas China.
Sunzi juga sangat menekankan pemikiran kehati-hatian Untuk Pertempuran: “Bangsa yang telah hancur tidak bisa dipulihkan, orang yang telah mati tidak bisa hidup kembali. Maka Itu, raja yang bijak berhati-hati, jenderal yang bijak selalu waspada.” Dia tidak menyembah kekuatan militer, juga tidak mempercayai penggunaan kekuatan militer bisa mengalahkan segalanya.
Pemikiran kehati-hatian Untuk Pertempuran selalu menjadi pandangan dasar orang China tentang Pertempuran, dan tetap demikian hingga sekarang. Tidak berkompetisi, berhati hati Memutuskan Keputusan tentang Pertempuran, dan tidak berperang bukan berarti tidak menggunakan kekuatan militer, seperti yang telah disebutkan, penggunaan kekuatan militer hanya Untuk “sekejap mata.”
Jika ingin dijelaskan secara sederhana sebagai “Pertempuran pertama adalah Pertempuran terakhir” juga bisa; jika Pertempuran penyatuan tidak bisa memenangkan hati rakyat Taiwan, dan menyebabkan masalah Untuk pemerintahan Di masa Didepan, lebih baik menundukkan kepala atau mengalah dulu!
Untuk masalah Taiwan, Taiwan adalah pion dan kaki tangan Amerika Serikat, tentara Amerika tidak Berencana berkorban Sebagai Taiwan, ini adalah penilaian penulis Bersama berbagai sisi. Sebagai Gantinya, Xi Jinping Mengkaji tidak hanya tentang Pertempuran, tetapi juga psikologis rakyat dan pemerintahan pascaperang, yang tidak bisa diselesaikan Bersama penggunaan kekuatan militer semata.
Harus Merebut Hati Rakyat Taiwan
Politik Luar Negeri Amerika adalah alat yang melayani kepentingan nasional, atau sesuai Bersama teori realisme Untuk Politik Luar Negeri, bahwa semua kepentingan itu Sebagai Bangsa. Politik Luar Negeri Amerika tidak pernah bisa menjadi sarana integrasi damai, melainkan merupakan manifestasi Tindak Kekerasan.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Ketenangan Strategis Xi Jinping Untuk Berjuang Bersama Taiwan