Sri Lanka Ke Mei 2022 kekurangan uang hingga membuatnya gagal membayar utang luar negerinya, Setelahnya ekonominya terdorong Di jurang resesi seiring merosotnya cadangan devisa. Begini kondisinya Pada ini. Foto/Dok
Sri Lanka Ke Mei 2022 kekurangan uang hingga membuatnya gagal membayar utang luar negerinya, Setelahnya ekonominya terdorong Di jurang resesi seiring merosotnya cadangan devisa.
Kreditur Sri Lanka
Federasi Kreditor Resmi (OCC), yang dipimpin Dari Jepang, Prancis dan India, mencakup Disekitar USD5,9 miliar Didalam utang luar negeri Sri Lanka sebesar USD37 miliar atau setara Rp599 triliun (Kurs Rp16.191 per USD), menurut kementerian keuangan Bangsa itu. Sambil Bank Produk Ekspor-Produk Impor China (EXIM) mencakup Disekitar USD4 miliar utang, berdasarkan data terbaru pemerintah.
Ke Di kreditur bilateral, Sri Lanka berutang kepada China USD4,7 miliar, sedangkan utang Di India mencapai USD1,74 miliar. Lanjutnya Ke Jepang, Pada Didalam kelompok Paris Club, Sri Lanka berutang USD2,68 miliar.
China, Sampai Sekarang menjadi pemberi pinjaman bilateral terbesar Sri Lanka, bukan anggota resmi OCC.
Pinjaman komersial, yang terdiri Didalam obligasi Bangsa dan pinjaman terikat waktu lainnya menyumbang USD14,73 miliar. Sedangkan Inisiatif bailout senilai USD2,9 miliar Dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang diperoleh Ke Maret tahun lalu membantu Sri Lanka menstabilkan Kemakmuran ekonomi.
Pemberi pinjaman Internasional telah menyerukan finalisasi Nota Kesepahaman (MoU) Sri Lanka Didalam OCC dan perjanjian akhir Didalam Bank Produk Ekspor-Produk Impor China Sebagai menempatkan utangnya Ke tingkat yang berkelanjutan dan menguranginya menjadi 95% Didalam produk domestik bruto (PDB) Ke tahun 2032.
Perundingan Utang
Ke bulan April, Sri Lanka menolak proposal pemegang obligasi awal Sebagai merestrukturisasi utang lebih Didalam USD12 miliar. Perundingan formal Didalam kreditor swasta internasional Akansegera dilanjutkan Di waktu Didekat Setelahnya sekelompok pemegang obligasi menandatangani perjanjian kerahasiaan akhir pekan lalu.
Sri Lanka berutang Disekitar USD10,9 miliar kepada bank-bank multilateral. Ditambah Sri Lanka Memperoleh utang sebesar USD6,2 miliar kepada ADB dan berutang USD4,3 miliar kepada Lembaga Keuangan Internasional, tetapi Bangsa itu tidak merestrukturisasi utang multilateral.
Restrukturisasi utang menjadi sangat penting Untuk Sri Lanka Sebagai mencapai surplus Biaya primer 2,3% Ke tahun 2025, target fiskal utama yang ditetapkan Dari IMF. Setelahnya restrukturisasi utang selesai, Sri Lanka berharap dapat Mengurangi utangnya secara keseluruhan sebesar USD16,9 miliar.
Utang Domestik
Tak hanya utang luar negeri, Sri Lanka juga beban utang domestik. Ke bawah Inisiatif restrukturisasi utang domestik yang diumumkan Ke Juni tahun lalu, Sri Lanka Merasakan tawaran Sebagai menukar utang lokal gagal bayar senilai Disekitar USD10 miliar Didalam obligasi Mutakhir.
Hal itu membuka jalan buat Perundingan Didalam pemegang obligasi dan kreditor bilateral. Sebanyak 3,2 triliun rupee (USD9,91 miliar) Didalam 8,7 triliun rupee obligasi yang memenuhi syarat Sebagai pertukaran disepakati, kata kementerian keuangan.
Tinjauan IMF
Awal bulan ini, IMF menyetujui tinjauan kedua bailout Sri Lanka, membuka pelepasan dana USD336 juta. Akansegera tetapi pemberi pinjaman Internasional memperingatkan ekonomi Sri Lanka tetap rentan Kendati muncul tanda-tanda Perawatan dan mendesak Kolombo Sebagai berbuat lebih banyak Sebagai merestrukturisasi beban utangnya yang besar dan kuat.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Menengok Keadaan Darurat Ekonomi dan Ledakan Utang Sri Lanka Rp599 Triliun











