Wisata  

Umbul Buto Klaten dan Kisah Asal-usulnya



Klaten

Di Klaten, ada pemandian mata air Didalam nama Umbul Buto. Kisah tentang asal usul umbul ini Memikat Sebagai disimak. Seperti apa?

Nama Buto Untuk bahasa Jawa berarti Raksasa Untuk Karyaseni pewayangan. Tidak seperti namanya yang berkonotasi seram, pemandian ini ternyata tempatnya adem.

Umbul Buto berada Di sisi utara desa Kedungan, kecamatan Pedan, Di tepi perkampungan padat penduduk Klaten. Di Utara mata air tersebut, terdapat persawahan padi dan tanaman palawija yang membentang.


Pantauan Di lokasi, Umbul Buto yang mulai kusam airnya Lantaran kemarau berada Di tepi jalan desa. Mata air Di umbul seukuran Disekitar 8×8 meter Didalam kedalaman Disekitar lima meter itu dikelilingi dua pohon beringin besar dan tiga pohon gayam tua.

Dahannya yang besar dan daunnya yang rimbun membuat Umbul Buto tak mudah tersentuh sinar matahari. Di Utara dan timur dasar umbul yang mulai menyusut airnya terdapat saluran air mengarah Hingga sawah.

Di Ditengah air umbul yang mulai dipenuhi sampah daun, dua batu menyembul. Batu berbentuk patung topeng buto itulah yang konon menjadi asal julukan Bagi Umbul Buto.

“Ada empat patungnya, yang buat tidak tahu dan Dari dulu sudah ada. Lha itu (menunjuk Hingga bawah) mulai kelihatan batunya,” ungkap Heri (50) pengelola warung Di lokasi.

Menurut Heri, umbul itu dulunya dimanfaatkan Sebagai pengairan sawah Didalam pemerintah Belanda. Disebut Umbul Buto Lantaran ada patungnya.

“Ya Lantaran ada patungnya itu namanya. Dulu sering digunakan nepi (menyendiri) tapi sekarang tidak lagi, tidak ada cerita aneh-aneh,” jelas Heri yang tinggal Di lokasi.

Umbul Buto Di Desa Kedungan, Kecamatan Pedan, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Jarwo (75), warga lain Mengungkapkan Dari dirinya kecil umbul juga sudah ada. Konon menurut cerita orang tua-tua ada pentas tayub tapi gongnya dimasukkan Hingga umbul itu Sebagai menutupi mata air yang terlalu deras.

“Ono ledek sak gamelane ditanggap, gong e dilebokne kene ben ora dadi segara (ada penari tayub bersama gamelan pentas, gamelan dimasukkan sini agar tidak Didalam Sebab Itu laut),” tutur Jarwo Didalam bahasa Jawa campuran kepada detikJateng Di lokasi.

Menurut Jarwo, zaman dulu umbul itu airnya banyak dan bening Sebagai mandi. Tetapi sekarang sudah tidak digunakan dan hanya digunakan Sebagai mencari angin Komunitas.

“Sebagai ngadem warga. Tidak ada yang aneh-aneh setiap hari ramai Sebagai duduk-duduk,” jelasnya.

Kades Kedungan, Kecamatan Pedan, Bagus Wahyu Dewanto, menuturkan umbul Buto dulunya dimanfaatkan Sebagai pengairan Belanda. Disebut Umbul Buto Lantaran ada patung kepala raksasa buto Di dasarnya.

“Di bawah itu ada patung kepala buto, jumlahnya empat dan Sebagai apa fungsinya kita tidak tahu. Bukan ditemukan Mutakhir Lantaran Dari dulu sudah ada, nanti kalau puncak kemarau kelihatan,” ucap Bagus Wahyu kepada detikJateng.

Umbul itu, terang Bagus Wahyu, konon berhubungan Didalam dua umbul Di utaranya yaitu Umbul Cilik dan Umbul Gede. Umbul cilik dimanfaatkan Sebagai Pamsimas.

“Umbul cilik dimanfaatkan Sebagai Pamsimas. Yang Umbul Buto dua tahun lalu kita beri pagar dan tulisan Sebagai ruang terbuka hijau Lantaran ada pohon-pohon besarnya, terutama pohon gayam,” kata Bagus Wahyu.

——–

Artikel ini telah naik Di detikJateng.

Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Umbul Buto Klaten dan Kisah Asal-usulnya