Bisnis  

AS Terus Desak G7 Gunakan Bunga Aset Rusia yang Dibekukan Sebagai Ukraina

Pembantu Pemimpin Negara Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen. FOTO/Dok.

JAKARTA – Pembantu Pemimpin Negara Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan bahwa dirinya tidak melihat ada penghalang Di diskusinya Di sesama Pembantu Pemimpin Negara keuangan G7 mengenai pinjaman Sebagai Ukraina yang didukung Di pendapatan Di aset Rusia yang dibekukan.

Seprti diketahui, Amerika terus Merangsang kelompok Negeri-Negeri G7 Sebagai menyalurkan pinjaman sebesar USD50 miliar atau setara Rp796,8 triliun (Kurs Rp15.936 per USD) Sebagai mendukung Ukraina, Di memanfaatkan aset-aset Rusia yang disita.

Akan Tetapi, Di beberapa bulan terakhir, belum ada kesepahaman soal seberapa jauh penggunaan aset Pengatur Moneter Rusia yang disita. AS terus mendesak sekutunya Di Mengungkapkan bahwa penyitaan dana tersebut dan memberikannya kepada Ukraina adalah sah menurut hukum internasional. Akan Tetapi, beberapa Negeri Eropa, termasuk Perancis dan Jerman, khawatir mengenai keabsahan tindakan tersebut serta preseden yang timbul.

Yellen mengatakan kepada Reuters Di sebuah wawancara Ke sela-sela pertemuan para pemimpin keuangan G7 bahwa tidak semua rincian teknis proposal pinjaman perlu diselesaikan akhir pekan ini. “Saya pikir semuanya terlihat cukup baik,” kata Yellen Setelahnya beberapa pertemuan bilateral Ke hari pertama pertemuan puncak keuangan dua hari Ke kota resor Stresa Ke Italia utara.

“Saya belum melihat apa pun yang saya anggap sebagai penghalang, Akan Tetapi ada beberapa masalah yang perlu kita selesaikan dan Komunitas harus fleksibel Sebagai mencapai titik temu,” imbuhnya.

Pembantu Pemimpin Negara Keuangan AS telah Merangsang rekan-rekannya Di perundingan tersebut agar setuju Sebagai Meningkatkan pendapatan aset Negeri Rusia senilai USD300 miliar Sebagai mendukung pinjaman yang lebih besar Bagi Ukraina.

Para pemimpin G7 Berencana bertemu bulan Di Ke Puglia, Italia selatan. Kelompok Negeri industri yang meliputi Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, dan Italia Berencana Merundingkan hal lain seperti “kelebihan kapasitas” industri China, yang menurutnya mengancam kelangsungan perusahaan Ke Negeri-Negeri yang perekonomiannya didorong Di pasar.

Ke hari pertama pertemuan G7, beberapa Pembantu Pemimpin Negara Mengungkapkan kekhawatiran mengenai potensi Konflik Bersenjata dagang Setelahnya tarif Mutakhir AS Pada Produk-Produk China, Akan Tetapi Pembantu Pemimpin Negara keuangan Jerman, Perancis, dan Italia yang menjadi tuan Rumah mengatakan bahwa diperlukan upaya bersama Sebagai melawan meningkatnya kekuatan Penjualan Barang Di Luar Negeri Negeri tersebut.

Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: AS Terus Desak G7 Gunakan Bunga Aset Rusia yang Dibekukan Sebagai Ukraina