Jakarta –
Judi online Ditengah menjadi sorotan, utamanya Lantaran dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya. Di sisi psikologis, Trend Populer ini tak kalah mengkhawatirkan.
Menurut psikolog klinis Tri Iswardani, judi online, faktor utama yang Merangsang seseorang adalah ekonomi. Kebutuhan Sebagai Merasakan sejumlah uang Bersama cara instant membuat banyak orang terjerumus Hingga Di judi online.
Akan Tetapi menurut Tri, faktor ekonomi bukan satu-satunya penyebab banyak orang terjerat judi online. Penghayatan pernah Berhasil judi memicu pelepasan dopamine, neurotransmitter Ke otak yang berhubungan Bersama rasa senang, yang membuat seseorang terdorong Sebagai selalu mencobanya lagi.
“Biasanya kan gitu, dibikin Berhasil dulu Ke awal biar kecanduan,” kata Tri Di perbincangan Bersama detikcom Mutakhir-Mutakhir ini.
Malahan ketika seseorang mulai sering kalah, judi online tetap Berencana terasa ‘nyandu’ Lantaran ada ‘adrenaline rush’. Bagi banyak orang, sensasi berdebar-debar Pada berjudi dan menunggu kepastian Berhasil atau kalah merupakan daya tarik tersendiri yang membuatnya makin terjerat dan tidak bisa berhenti.
Tidak jarang, kecanduan judi online juga berlanjut Ke kecanduan yang lain, termasuk Resep-Obatan Terlarang. Terkadang, ‘adrenaline rush’ Merangsang seseorang Sebagai begadang Meninjau Langkah Yang Berhubungan Bersama judi online yang diikutinya, hingga akhirnya butuh stimulansia Di bentuk Perawatan terlarang.
“Karena Itu dia harus Meninjau, melek terus, dan Sebagai kebutuhan kuat meleknya, dia mulai lah pakai sabu, sabu juga Karena Itu Lebih addict, akhirnya tertangkap, ketahuan, direhabilitasi dan ternyata awal mulanya Mutakhir diketahui Lantaran judi online,” tutur Tri.
Tri menjelaskan, risiko kecanduan bisa saja dihindari ketika seseorang Memiliki kontrol diri yang baik. Meski tak banyak, ada beberapa orang yang memang berjudi Sebagai mencari kesenangan dan bisa membuat batasan kapan harus berhenti.
Kapan Seseorang Sadar Sudah Kecanduan?
Sayangnya, seseorang biasanya tidak sadar atau sulit mengakui ketika dirinya Merasakan kecanduan. Hal yang sama juga berlaku Ke judi online, kebanyakan pelaku judi online Berencana ‘denial’ atau tidak mengakui dirinya kecanduan sampai akhirnya telanjur bablas dan kehilangan segala-galanya.
Menurut Tri, jarang pelaku judi online merasa perlu Sebagai datang meminta pertolongan psikologis Ke profesional Kesejajaran. Umumnya, yang datang dan mencarikan pertolongan adalah orang terdekat yang Memahami gelagat kecanduan judi online.
Salah satu gelagat yang muncul Ke kecanduan judi online adalah mulai tertutup Ke lingkungan Disekitar, terutama Yang Berhubungan Bersama Keuangan. Ketika dirasa seseorang mulai tidak terbuka menyangkut Situasi keuangan, maka ada baiknya orang terdekatnya mulai waspada.
“Diam-diam dia Berencana mencoba terus, berbohong kepada keluarga, waktu yang dia habiskan Ke Didepan gadget Lebih lama. Namanya ‘efek toleransi’,” jelasnya Ke sesi Sunset Talk detikSore, Jumat (14/6/2024).
“Tiba-tiba dia punya hutang, hutangnya makin lama Lebih nambah, Di awalnya 300 ribu sampai bisa jutaan Idr, dia akhirnya Berlari Hingga pinjol,” papar Tri.
NEXT: Kecanduan judi online bisa sembuh?
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Dampak Psikologis Judi Online, Ciri-ciri Kecanduan hingga Kemungkinan Sembuh